PANCAWARSA III DIANUGERAHKAN KEPADA
KAK MOHAMMAD ILHAM HASAN
Penulis: Humas SMAN 2 Cikarang Utara
Pancawarsa adalah penghargaan yang diberikan kepada anggota Pramuka Dewasa Gerakan Pramuka. Penghargaan ini diberikan atas kesetiaan, kepatuhan, kerajinan, ketekunan, kesungguhan, dan ketertiban sebagai anggota dewasa Gerakan Pramuka dalam menunaikan kewajibannya selama lima tahun atau kelipatannya secara terus-menerus.
Kwartir Daerah (Kwarda) Gerakan Pramuka Jawa Barat menganugerahkan Lencana Pancawarsa kepada 46 anggota Gerakan Pramuka Kabupaten Bekasi. Penganugerahan ini disampaikan pada peringatan Hari Ulang Tahun ke-60 Gerakan Pramuka Tahun 2021 tingkat Kwartir Cabanga (Kwarcab) Kabupataen Bekasi.
Penganugerahan ini mengacu pada Surat Keputusan Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Barat Nomor 33 Tahun 2021 tentang Penganugerahan Tanda Penghargaan Lencana Pancawarsa Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Barat Tahun 2021. SK ditandatangai oleh Ketua Kwarda Jawa Barat, Kak Hj. Atalia Praratya, S.I.P., M.Ikom., istri Gubernur Jawa Barat , Ridwan Kamil, tanggal 10 Agustus 2021 di Bandung.
Dari Daftar Penerima Tanda Penghargaan Lencana Pancawarsa Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Barat Tahun 2021, tertera nama Kak Mohammad Ilham Hasan. Dengan tugas dan tanggung jawab dalam Gerakan Pramuka sebagai Ka. Mabigus dalam masa bakti tahun 2004 – 2021. Beliau memproleh penghargaan Pancawarsa III bernomor piagam 1039/III/2021.
Acara penganugerahan ini berlangsung di Plaza Pemda Kabupaten Bekasi yang berada di Kompleks Pemerintahan Daerah Bekasi tanggal 14 Agustus 2021 bertepatan dengan momentum 60 tahun Gerakan Pramuka berkiprah di Indonesia.
Sekilas kita telisik sejarah pembentukan Gerakan Pramuka. Gerakan Pramuka di Indonesia secara resmi lahir tahun 1961 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka. Meskipun Gerakan Pramuka secara resmi baru lahir 1961, namun gerakan kepramukaan yang menjadi cikal bakal gerakan kepramukaan telah lama hadir, bahkan sebelum kemerdekaan.
Mengutip dari Kompaspedia dari Kompas.com, kemunculan gerakan kepanduan di Indonesia berawal dari dua tokoh organisasi kepanduan Belanda, Nederlands Padvinders Organisatie (NPO) yaitu P.Y. Smith dan Majoor de Yager. Kedua tokoh ini mendirikan cabang NPO di Jakarta, yang awalnya diperuntukkan bagi remaja dan pemuda Belanda yang tertarik dalam kegiatan kepanduan. Berselang dua tahun, yakni tanggal 4 September 1914, nama NPO diubah menjadi Nederlands Indische Padvinders Vereniging (NIPV) dan mulai menerima anggota remaja bumiputera. Setelah itu tahun 1916 berdirilah organisasi Padvinderij nasional pertama bernama Javaanse Padvinders Organisastie (JPO) yang diprakarsai oleh Mangkunegara VII di Surakarta, Jawa Tengah. Kehadiran JPO mendorong lahirnya berbagai organisasi sejenis bernaung di bawah organisasi kebangsaan dan keagamaan yang ada saat itu. Misalnya Hizboel Wathan di bawah naungan Muhammadiyah, Wira Tamtama di bawah Sarekat Islam, Nationale Padvinderij di bawah Budi Oetomo, dan Jong Java Padvinderij di bawah Jong Java Mataram.
Pada 1928, salah satu tokoh nasional, Haji Agus Salim, akhirnya mengusulkan nama “pandu” dan “kepanduan” untuk menggantikan nama yang dilarang oleh Belanda. Wacana untuk melebur berbagai gerakan kepanduan di Indonesia menjadi satu wadah sebenarnya sudah ada sejak tahun 1928. Akan tetapi, karena adanya perbedaan azaz masing-masing organisasi maka upaya peleburan itu selalu menemui jalan buntu.
Meski demikian, terdapat beberapa organisasi yang merupakan gabungan dari beberapa gerakan Kepanduan, seperti Persaudaraan Antar Pandu-pandu Indonesia atau PAPI (1928) dan Kepanduan Bangsa Indonesia atau KBI (1930). Pada 3 April 1938, PAPI dan KBI menggelar pertemuan di Surakarta, Jawa Tengah, yang kemudian melatarbelakangi terbentuknya Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI).
Tiga tahun berselang, tepatnya pada 19-23 Juli 1941, Perkemahan Kepandoean Indonesia Oemoem (Perkino) I berhasil diselenggarakan di Yogyakarta. Penyelenggaraan Perkino I kemudian diikuti Perkino II di Jakarta pada 6 Februari 1943, meskipun pada saat itu dilarang oleh pemerintah kolonial Jepang.
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, berbagai organisasi kepanduan di Indonesia mengadakan kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia di Surakrta, Jawa Tengah. Kongres yang digelar pada 27-29 Desember 1945 itu menyepakati terbentuknya Pandoe Rakjat Indonesia pada 28 Desember 1945. Pada 16 September 1951 lahir suatu federasi kepanduan dengan nama Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO) yang bertindak sebagai badan yang mewakili Indonesia di dalam organisasi kepanduan sedunia untuk golongan putra.
Wacana peleburan organisasi kepanduan di Indonesia pun kian menguat, tatkala Presiden Soekarno menyampaikan gagasan tersebut ketika membuka perkemahan nasional federasi kepanduan putri di Desa Semanggi, Ciputat, Kabupaten Tangerang, pada 1959.
Pada 28 Mei 1960, IPINDO, Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia (PKPI), dan Persatuan Organisasi Pandu Puteri Indonesia (POPPINDO) sepakat meleburkan diri ke dalam badan federasi baru bernama Persatuan Kepanduan Indonesia (PERKINDO). Tak berselang lama, pada 3 Desember 1960, sidang MPRS membahas tentang Rencana Pembangunan Nasional Semesta Berencana, khususnya bidang kepanduan. Hasilnya, terbit ketetapan MPRS No II/1960 yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah Pancasila dan rencana Pemerintah untuk mendirikan Pramuka.
Pada 9 Maret 1961, para pemimpin organisasi kepanduan di Indonesia dikumpulkan di Istana Merdeka untuk mendengarkan amanat presiden terkait ketetapan MPRS. Dalam pidatonya, Presiden Soekarno meleburkan semua kepanduan Indonesia ke dalam satu organisasi baru yang diberi nama Gerakan Pramuka. Tanggal 9 Maret selanjutnya dikenal sebagai Hari Tunas Gerakan Pramuka. Pada 20 Mei 1961, Keputusan Presiden RI No 238 Tahun 1961 terbit dan ditandatangani oleh Ir Juanda selaku Perdana Menteri Indonesia.
Melalui keputusan tersebut, Gerakan Pramuka ditetapkan sebagai satu-satunya organisasi yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia. Keppres tersebut juga memuat konsep Anggaran Dasar. Tanggal 20 Mei kemudian disebut sebagai Hari Permulaan Tahun Kerja.
Pada 30 Juli 1961 organisasi kepanduan berkumpul di Gelora Senayan dan berikrar untuk meleburkan diri ke dalam satu organisasi kepanduan yang bernama Gerakan Pramuka. Tanggal 30 Juli kemudian dikenal sebagai Hari Ikrar Gerakan Pramuka.
Pada 14 Agustus 1961, Gerakan Pramuka resmi diperkenalkan kepada rakyat Indonesia. Pada hari itu, Presiden Soekarno melantik Majelis Pimpinan Nasional (Mapinas), Kwartir Nasional (Kwarnas, dan Kwartir Nasional Harian (Kwarnari). Tanggal 14 Agustus selanjutnya ditetapkan sebagai Hari Pramuka.
Atas penghargaan yang dianugerahi kepada Kak Mohammad Ilham Hasan selaku Ka. Mabigus Gerakan Pramuka Gugus Depan 09127-09128 , Pangkalan SMAN 2 Cikarang Utara. Kami, keluarga besar SMAN 2 Cikarang Utara turut bangga dan mengucapkan selamat kepada Kak Mohammad Ilham Hasan atas penganugerahan Lencana Pancawarsa III dari Kwarda Gerakan Pramuka Jawa Barat Tahun 2021 ini. Semoga kami bisa mengikuti jejak baik dan memetik inspirasi dari Kak Ilham. “BERKARYA TANPA HENTI”
(Cikarang, 14 Agustus 2021)
1 komentar
Lili Priyani, Sabtu, 14 Agu 2021
Kami turut bangga atas penganugerahan yang sudah Kak Ilham peroleh. Semoga kami bisa mengikuti jejak Kak Ilham.