Setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan, dan setiap perpisahan pasti menyisakan kebersamaan dan kerinduan yang mendalam. Kahlil Gibran bertutur ketika tiba saat perpisahan janganlah kalian berduka, sebab apa yang paling kalian kasihi darinya mungkin akan nampak lebih nyata dari kejauhan – seperti gunung yang nampak lebih agung terlihat dari padang dan dataran.
Dalam sebuah kisah, Ikeuchi Aya, seorang gadis 15 tahun yang cantik dan penuh semangat remaja. Semangat yang besar itu telah mampu membawanya menuju cita-cita besar dirinya dan orang tuanya untuk menjadi salah satu murid sekolah SMA terkemuka di Jepang. Tapi semangat itu menjadi berubah setelah dirinya divonis menderita spinocerebellar degeneration disease, suatu penyakit yang membuatnya sedikit demi sedikit mengalami kematian saraf-saraf otaknya yang mengakibatkan fungsi tubuh tidak bisa berjalan secara biasanya.
Gadis cantik ini menyukai warna merah, karena merasa cocok untuk perubahan semangat yang dimilikinya. Merah bukan berarti semangat itu menjadi semacam amarah yang dapat membakar dan merepotkan orang-orang di sekitanya, tapi semangat merah yang berarti panas, panas yang membawa radiasi ke sekitarnya, menularkan semangat pada seluruh keluarga dan teman-temannya, bahkan orang-orang yang sama sekali tidak dikenalnya.
Seorang Ikeuchi Aya menyadari betul apa yag dinamakan perpisahan. Perpisahan antara dia, dengan keluarga tercintanya, teman-temanya dan orang-orang yang menyayanginya yang mungkin saja disebabkan oleh kematian. Perpisahan yang akan dialami oleh Ikeuchi aya rupanya menjadi perasaan yang super dahsyat untuk berguna dan menghabiskan sisa hidupnya untuk menolong dan membahagiakan orang disekitarnya.
Demikian juga orang disekitarnya yang menerima radiasi semangat itu menjadi lebih membuka diri untuk selalu membuat orang lain bahagia. Ikeuchi Aya dengan buku hariannya yang fenomenal, walaupun telah meninggal puluhan tahun yang lalu tetapi mampu membuat orang-orang yang sakit dengan penyakit yang sama, untuk bangkit dan bersemangat menjalani sisa hidup. (1 Litre of Tears). Ikeuchi Aya tanpa sadar telah mampu membangkitkan semangat orang lain untuk hidup
“Perpisahan mampu membuat seseorang bangkit menjalani hidup, karena perpisahan itu sebuah kepastian sehingga sebelum perpisahan itu datang maka gunakanlah masa bersamamu itu dengan penuh kenangan bahagia”
Dalam cuplikan kisah perjalanan haji wada, Rasulullah sallalahualaihi wassalam meritualkan haji terakhir yang Rasul lakukan dengan para sahabat dan pengikutnya telah mampu menjadi bukti bahwa beliau adalah teladan yang terbaik dan rahmat bagi seluruh alam. Melalui khotbah Rasul pada haji wada, kita akan dapat menyaksikan bagaimana seorang utusan Allah yang sangat mencintai umatnya. Padahal kebanyakan dari kita, biasanya kalau sudah ada tanda akan dipanggil oleh yang Maha Kuasa, lebih sibuk memikirkan diri sendiri atau mungkin istri dan keluarganya, seperti yang terungkap dalam Sirah Nabawi.
Dari kisah ini juga, Rasulullah mengingatkan bahwa perpisahan itu tidak hanya ajang untuk bersedih hati, tapi juga ajang untuk bermuhasabah diri untuk mengakselarasikan diri agar menjadi pribadi yang bertakwa dan lebih baik dari hari ini. Jadilah pribadi yang husnul khotimah dalam setiap perpisahan. “Perpisahan akan membawa kebahagian jika kita menganggapnya sebagai pelajaran hidup. Tapi dia akan menjadi perusak pribadi jika perpisahan diartikan menjadi inisiator kemurungan dan kesedihan”
Jadi, perpisahan bukan akhir dari segalanya, tapi perpisahan adalah langkah awal kita membuka gerbang pertemuan kita yang abadi. Perpisahan ini bisa jadi karena ada rencana indah dari Allah yang membuat kita tak harus selalu bersama.
Teriring doa terindah buat Kalian, Anak-anakku, Angkatan ke-30 SMANDA