Radarbekasi.id – Setiap orang tentunya memiliki pasang surut kehidupan. Adakalanya suasana gembira, bahagia, tertawa, dan suka yang menghiasi hari-harinya. Namun, kala yang lain mungkin saja berganti dengan sedih, kecewa, murung, dan duka menyelubungi relung hati. Hal ini lazim kita alami bahkan keduanya ibarat mata uang dua sisi yang bila dilempar maka akan muncul dua peluang, bila tidak suka maka duka yang didapat.
Sebagai makhluk ciptaan Yang Maha Kuasa, tentunya kita selalu bermunajat agar Sang Pencipta senantiasa melimpahkan segala kebaikan dan kebahagiaan, namun terkadang ujian hidup harus dilalui. Ketika ujian datang menghampiri, tak ada seorang pun yang mampu menghindari. Namun, paling tidak kita bisa meminimalisir dampak yang mungkin ditimbulkan dari ujian (baca: bencana) yang menimpa. Seseorang yang mengalami ujian dan bencana, tentunya berada dalam keadaan pilu atau bahkan memungkinkan seseorang menjadi terpuruk.
Bila ditelisik, kata ‘pilu’ mengandung makna duka, susah hati, getir, sedih; sementara kata ‘kepiluan’ bermakna kedukaan, kegetiran, kesedihan, kemasygulan. Berdasarkan makna kata tersebut, dapat dijelaskan bahwa kepiluan adalah suatu kondisi kejiwaan yang dipenuhi kesedihan, kegetiran, kepahitan, keterpurukan, atau kegalauan yang ditimbulkan dari suatu ujian hidup, bencana, musibah, atau kemalangan. Lantas, apakah yang bisa dilakukan seseorang bila dirundung kepiluan?
Memang ada orang yang mampu bangkit dari kepiluan, namun tak jarang ada orang yang justru mengalami hal yang sungguh menyedihkan bahkan beberapa di antaranya memutuskan mengakhiri masa hidupnya dengan cara pintas (bunuh diri). Hal ini, biasanya dialami oleh seseorang yang merasa sangat terpuruk, tidak mampu menemukan jalan keluar dari permasalahan yang menimpanya, tidak punya teman atau saudara atau pasangan tempat berbagi, dan yang tak kalah pentingnya adalah orang tersebut memiliki kadar keimanan yang sangat rendah. Padahal, bila kita mau sedikit merenung dan menyadari bahwa setiap musibah, bencana, masalah yang terjadi di muka bumi dan menimpa manusia, semuanya atas izin dan kehendak Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, semuanya sesuai dengan skenario dan ketentuan-Nya.
Lalu bagaimanakah kita melewati kepiluan yang melanda diri kita? Beberapa hal yang bisa dilakukan di antaranya:
- Selalu berserah dan berpasrah diri hanya pada Allah, Tuhan Yang Maha Esa
Sebaiknya kita tidak terlalu membanggakan semua yang kita miliki, misalnya harta, prestasi, atau jabatan. Semua yang kita punyai itu adalah titipan dari Sang Pencipta. Ketika kita mempunyai niat, cita-cita, dan harapan, alangkah lebih baik bila kita serahkan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih. Kita patut berusaha dan berikhtiar untuk menggapainya, tapi kepasrahan kepada-Nya tetaplah yang utama.
- Mendekatkan diri pada Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih
Ketika kepiluan datang, inilah saatnya kita mengadu, mendekatkan diri, memohon ampun kepada Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih. Kita bisa berdoa lebih khusu kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar semua kepiluan yang melanda bisa terselesaikan dan semua permasalahan yang menimpa akan dipermudah dan menemui jalan keluarnya.
- Jangan mudah putus asa
Ada kalanya sesuatu hal yang kita lakukan, kita ikhtiarkan akan berjalan tidak sesuai dengan ekspektasi kita. Bahkan mungkin tidak berjalan mulus sesuai dengan rencana yang sudah dirancang. Alih-alih keberhasilan yang didapat, justru kebankrutan atau kemelaratan yang menimpa. Seorang siswa yang sudah belajar sekuat tenaga pun bisa saja malah mendapatkan kemalangan, misalnya tidak lulus atau nilainya jelek. Nah, ketika hal terburuk menimpa, sebaiknya kita tidak putus asa, teruslah berusaha hingga tujuan yang hendak kita raih akan mampu kita capai, meskipun tidak mudah untuk mendapatkankannya. Usaha keras perlu kita lakukan untuk mewujudkannya. Tapi yakinlah, semua akan indah pada waktunya
- Menjadi sosok yang kreatif
Nah, untuk yang terakhir ini adalah sesuatu yang pastinya diinginkan dan diharapkan oleh sebagian besar dari kita. Setelah musibah, kemalangan, bencana, dan tragedi yang melanda, tidak lantas membuat kita dilanda kepiluan, keterpurukan, kesedihan yang berlarut-larut. Namun, hal ini justru bisa membuat kita lebih kreatif. Bagaimana tidak, setelah mengalami hal yang tidak diinginkan dalam hidup, episode terburuk dan terperih ini bisa dituangkan dalam suatu karya. Cerita pilu itu bisa dijadikan inspirasi untuk sebuah tulisan, bisa berbentuk puisi yang isinya kesedihan, kemurungan yang dialami, bisa juga berbentuk cerpen/novel. Bukankah suatu karya yang dilahirkan dari pengalaman hidup yang betul-betul dialami oleh pengarangnya sendiri, akan membuat karya tersebut lebih hidup, apa adanya, natural, penuh penghayatan, dan akan sangat menyentuh. Seorang yang putus cinta, misalnya, tetiba mampu menulis puisi yang melankolis, mengharu biru, menyentuh kalbu. Bisa juga dibuat sebuah tulisan, misalnya artikel yang isinya adalah motivasi agar bisa bangkit dari kepiluan.
Ternyata, di balik tumpukan kepiluan yang melanda mampu menghasilkan emas permata yang berkilau. (*)